Jumat, 03 Desember 2021

Randall Collins; Teori Konflik Makro pada Level Mikro

Randall Collins dengan Teori Konflik Makro pada Level Mikro



Rofif Zuhdi Mahmud Pradana 20107020014

Randall Collins adalah seorang anak pejabat kementerian luar negeri dan lahir pada 29 Juli 1941. Teorinya konflik alternatif perspektif terfokuskan pada stratifikasi sosial, secara lebih terperinci yaitu macro pada level yang mikro. Dari adanya suatu interaksi sosial terjadi adanya sistem organisasi dan strata-strata yang terisi secara tertentu. Strata tersebut selalu berkaitan dengan adanya kepentingan masing-masing individu yang tidak dapat dihindari meskipun dalam satu induk organisasi pun kan terjadi konflik sosial antar ar-rahman nya kepentingan-kepentingan pribadi yang bisa jadi disertai dengan adanya invasi maupun suatu keadaan yang tidak baik dari yang sedang berkuasa atau sebaliknya.
Terkait dengan adanya strata dalam sebuah sistem stratifikasi dan organisasi sosial, tentunya menurut Randall Collins organisasi lah yang merupakan area konflik entah itu dari dalam maupun dari luar seperti tadi yang disampaikan. Tentunya dalam sebuah organisasi di mana adanya strata dan banyaknya pribadi seseorang maka akan secara tidak langsung membentuk suatu kekhasan dan dan uniknya konflik tiap keadaan suatu organisasi. Konflik sosial sendiri merupakan pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan. Hal ini banyak sekali sudah dijabarkan oleh banyak tokoh namun pada setiap tokoh memiliki ciri dan juga pemahamannya masing-masing.
Pada bacaan yang saya rujuk menjelaskan bahwa Randall Collins lebih tertuju dan menekankan pada sebuah keadaan sosial yang berubah karena adanya konflik yang mereka ciptakan sendiri dan itu pun bukan merupakan kerusakan fisik namun situasi yang yang dimaksud yaitu berubahnya sikap baik itu solidaritas, sentimen, dan lain-lain.
Konflik dalam stratifikasi digambarkan dengan prinsip utama yang digambarkan pada tiga gambaran yaitu individu hidup dalam dunia yang benar-benar buatan secara subjektif lalu yang kedua adalah beberapa orang yang memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi kontruksi atau membentuk dunia subjek si individu dan yang ketiga tentunya beberapa orang yang yang berusaha mempengaruhi bentuk dunia si subjektif yang terus-menerus akan membuat siklus dan dan saling memakan.
Makan bisa menjelaskan gagasan atau pemikiran dari teori Collins bahwa tentunya dalam sebuah organisasi ataupun klub memiliki suatu kekayaan baik itu berupa sumber data, daya, pokok yang akan memberikan dampak pada grup atau organisasi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dengan timbangnya hasil atau pengambilan sumber tersebut yang berdampak. Sudah tidak asing bagi kita mendengar bahwa adanya bahan atau sumber alam Indonesia yang bisa dibuat menjadi baterai lithium pada waktu sebelumnya terus dijual dengan harga yang merosot karena membutuhkan uang, dan pelakunya tersebut tentunya sebuah negara yang memiliki kekuasaan atau kekayaan yang lebih untuk memeras sumber yang memiliki kekayaan di bawah mereka. Hari ini sangat setara kenyataannya dengan apa yang belum lama ini saya dengar.
Contoh keadaan bila diterapkan atau kita cocokkan pada keadaan di lingkungan sosial terkecil yaitu keluarga, mungkin bisa dikatakan bisa jadi orang tua memeras anaknya demi untuk menggapai bla bla bla yang sebenarnya hanyalah ekspektasi mereka yang terlalu tinggi tanpa memandang kemampuan anaknya sendiri, mungkin.
Konflik tersebut sudah pasti akan terjadi bila keadaan yang mungkin kelompok kecil mengakui akan status kekecilan-nya atau kerendahan nya maupun merupakan kesepakatan para pembesar, hal tersebut akan mempengaruhi status grup atau kelompok yang kecil dengan alasan keadaan terbatasnya grup tersebut untuk menggapai sesuatu karena memang benar-benar status kelompok atau grup tersebut tidak mendapatkan kesempatan seperti lainnya yang masuk dalam jaringan sosial yang penting.

Referensi

Jurnal UMM, Nur Agustiningsih, Konflik Ulama-Uleebalang 1903-1946 Dan Pengaruhnya Terhadap Perubahan Sosial Di Aceh (2007)

Minggu, 14 November 2021

Harold Garfinkel; Teori Etnometodologi

Rofif Zuhdi Mahmud Pradana
20207020014


Harold Garfinkel merupakan seorang tokoh sosiologi, lahir di Newark New Jersey (29 Oktober 1917-21 April 2011) yang merupakan seorang pengajar di Universitas Columbia. Beliau sangatlah teoritis dan teori etnometodologi yang beliau kenalkan melalui buku "Studies in Etnometodology" memunculkan banyak kritikan atas kontroversialnya beliau dari berbagai kalangan akademisi sosial.
Harold Garfinkel dalam teori etnometodologi memperkenalkan sebagai metode dan juga kajian yang memusatkan perhatian ada perilaku sehari-hari yang merujuk pada pandangan individu tanpa melalui berpikir yang terfokuskan kesadaran dan juga pemahaman akan struktur. Dari apa yang dipikirkan sangat bisa disimpulkan bahwa etnometodologi tersebut merupakan suatu hal yang sangat radikal dalam ilmu sosial dan juga unik karena sangat keras cara mengkritik pola-pola dan cara pandang teori para sosiolog sebelumnya.
Subjek dari teori ini itu bukanlah dari seseorang melainkan dari jenis relatif kehidupan sehari-hari yang muncul dalam pengkajian tentunya sesuai dengan masing-masing disiplin ilmu.
Bila atas sepemahaman saya, teori ini bermaksud untuk memisahkan dari teori yang benar-benar teori atau hanyalah sebuah suatu hal yang bersifat untuk memperbaiki dalam konteks cuap-cuap saja. Tentu dari paham yang saya simpulkan kan terlalu keras bila diterapkan. Namun Garfinkel sendiri menyimpulkan bahwa tindakan-tindakan sosial atau kelakuan sehari-hari seseorang bila dilakukan atas dasar rasionalitas, ilmiah dan sangatlah apik dalam tatanannya, lalu mengapa muncul banyaknya disorganisasi dan juga anomi dalam kehidupan sehari-hari bila hal tersebut merupakan dilandaskan atas suatu hal yang dipikirkan yang sangat rasional. Dari nalar atas teori tersebut, tanpa berpikir secara sistematis pun sudah mudah untuk diterima penalarannya, karena sangat memungkinkan bila seseorang yang yang melakukan semua aktivitas hariannya dengan rasionalitas yang sistematis dan juga ilmiah merupakan seorang yang perfeksionis dan hal tersebut jarang sekali orang yang perfeksionis tersebut bisa menghindari adanya disorganisasi dalam setiap kegiatan hidupnya.
Karena sejatinya teori etnometodologi bukan hanya termasuk teori sosial namun bisa dimasukkan dan di kocok logika dalam teori-teori umum lainnya karena bila dilihat atas banyaknya dasar yang saya pahami dari etnometodologi ini merupakan suatu pandangan yang bersifat adaptif dan fleksibel dalam perkembangan maupun teori-teori lainnya.
Bila dilihat dari apa yang terjadi sekarang pada masa saat ini, teori etnometodologi sangat relevan terhadap masing-masing orang dalam mengambil keputusan ataupun melakukan tindakan dalam kehidupannya yang tidak mungkin semua hal akan dipikirkan secara rasional dan ilmiah. Bahkan pernah mendengar bahwa otak manusia digunakan hanya beberapa persen, bukankah hal tersebut jika benar sangat berkaitan erat?. Bila dilihat dari perspektif agama pun diajarkan bahwa penyebab utama dari rusaknya seseorang merupakan dari hatinya, dan intensitas penggunaan akal secara rasional sangatlah minim. Jikalau terjadi suatu masalah adapun adanya suatu ideologi baru, sangat memungkinkan bahwa seseorang bila hanya dilandaskan atas pikirannya sendiri tanpa adanya penggunaan hati hanya akan beribarat kan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Namun bila suatu hal apapun itu tanpa dipikirkan dan langsung tertuju pada hati seseorang tanpa ada keseimbangan dari akal yang rasio tentu akan tidak tertata. Hal tersebut selaras dengan apa yang di maksudkan dari teori etnometodologi, karena suatu tindakan-tindakan sosial bila semua dilandaskan atas rasionalitas dan ilmiah maka tidak akan ada sesuatu hal yang mengganjal dalam kehidupan. Namun dengan adanya seseorang yang melakukan suatu tindakan tanpa berpikir secara rasionalitas dan ilmiah akan memberikan keseimbangan dalam hidup dengan munculnya disorganisasi dan juga anomi dan juga problem-problem lainnya.

Kamis, 04 November 2021

Sharing And Hearing

Rofif Zuhdi Mahmud Pradana
20107020014
 
Pertemuan saya dengan beliau pada sore hari, dilakukan di rumah beliau karena sudah menjadi etika bagi seseorang yang perlu atau membutuhkan pasti akan mendatangi bukan malah yang didatangi. Pertemuan tersebut dan juga dengan landasan etika menjadikan saya untuk sopan dan juga menerapkan tata krama, dengan alasan bertamu dan juga bercakap dengan orang yang lebih tua. Bincang-bincang di dalam pertemuan tersebut selama kurang lebih 45 menit, diawali dengan pranata yang seperti biasa dilakukan oleh orang bertamu inti dengan ditutup berpamitan dengan tata cara seperti pada adat biasanya.
Saya pribadi memilih beliau karena beliau merupakan mantan seorang dukuh di dusun saya dan juga menjadi salah satu sesepuh dan tokoh yang berperan dalam lingkup lingkungan saya. Di samping itu, beliau dapat menjadi seseorang yang bisa menengahi dalam berbagai aspek masalah ataupun kerumitan didalam lingkungan yang heterogen. Dari problem antara ormas ataupun kepentingan dari kaum tua dan juga kaum muda dalam keputusan terkait keadaan dusun. Pada masa beliau menjabat sebagai Dukuh, meskipun dalam hitungan umur lebih tua beliau daripada saya, beliau tetap supel terhadap anak muda yang bukan hanya notabennya sebagai seseorang yang terpandang namun juga anak muda lainnya. Dan dengan itu beliau dapat menyatukan dari kedua pihak kaum muda dan kaum tua.

Dengan bahasa saya, Beliau menyampaikan dalam menjaga stabilitas sosial dalam ekonomi masyarakat di Padukuhan Kepil banyak yang memilih menjadi seorang petani.  Selain petani, sudah mulai banyak dari kalangan anak muda yang memiliki mata pencaharian di luar dusun seperti menjadi perangkat desa ataupun bekerja dalam perindustrian. Pemikiran dari kalangan para orang tua sudah mulai terbuka akan pentingnya mengenyam pendidikan dan juga bagaimana mencari atau menjaga kestabilan perekonomian di keluarga tersebut yaitu dengan menyekolahkan anaknya dan juga para orang tua memiliki gagasan yaitu anak harus lebih mulia dari orang tuanya ( segi pendidikan dan ekonomi). Pada masa kepemimpinan beliau, beliau mulai meneguhkan dan mensosialisasikan terhadap kompleks kecil dalam bentuk RW maupun RT dan seterusnya dalam bentuk sosialisasi untuk bisa merekatkan dari kelompok-kelompok tersebut untuk saling menjaga seperti bagaimana hal layaknya sebuah desa.

Beliau sempat merasa gagal ketika seseorang yang notabennya seumuran saya ( penulis) terjerat dalam penyalahgunaan obat, karena bagaimanapun juga seseorang tersebut merupakan salah satu warganya dan juga disebabkan oleh faktor lingkungan dimana ia dibangun. Dengan hal tersebut beliau juga berpesan kepada anak muda terutama dalam fokus sosial kemasyarakatan bahwasanya anak muda harus menjadi tonggak penerus cara menjaga kerukunan dan juga menjadi pendorong dalam membangun desa dari bentuk kelompok terkecil yaitu dengan tetangga sekitarnya. Dan beliau berpesan dengan nada bercanda, harusnya anak muda zaman sekarang lebih menang dalam segi omongan karena sudah banyak mengenyam pendidikan, tapi nyatanya banyak yang tidak berpendidikan justru malah banyak yang memberikan saran. Dalam pandangan beliau harusnya begitu memalukan di mana seorang anak muda yang jauh berpendidikan daripada generasi tua kalah dengan orang-orang yang tidak berpendidikan justru malah pahami tentang kemasyarakatan.

Bila dikaitkan dengan teori dalam sosiologi, keadaan tersebut menggambarkan bagaimana terjadinya saling keterkaitannya antara liquid Life dan Liquid Society dalam teori modernitas cair Zygmunt Bauman. Dalam ungkapan yang dijelaskan, harapan beliau terhadap anak muda dan juga memperbaiki di kalangan tiap individu melalui sosialisasi diharapkan bisa merubah untuk kemajuan dusun di mana na-eun terbentuknya suatu lingkungan atau Liquid Society yang baik. Yaitu untuk menjaga kestabilan sosial dan ekonomi dengan baik, karena dalam modernitas cair zygmunt Bauman sebuah Liquid Life akan terbentuk secara tidak sadar atas sebuah ketidakpastian dalam sebuah Liquid Society. Untuk itu beliau dalam penggambaran teori modernitas cair ingin merubah dari bentuk kelompok terkecil menuju sebuah lingkungan yang bisa mendidik dan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik dengan sadar maupun secara tidak sadar akan keadaan lingkungan tersebut.


Kamis, 21 Oktober 2021

Teori Modernitas Cair Zygmunt Bauman

Teori Modernitas Cair Zygmunt Bauman

Rofif Zuhdi Mahmud Pradana

Prodi Sosiologi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Zygmunt Bauman. Beliau lahir di Pozna, Polandia tanggal 19 November 1926. Yang berhasil memahami pentingnya era kita, dan warisan sosiologinya sangat inspiratif namun sayangnya telah meninggal dalam usia 91 tahun.

Teori Modernitas Cair

Menurut beliau, modernitas cair pada dasarnya adalah nama lain dari berbagai gagasan ilmuwan lain yang disebut sebagai gejala pasca modernisme. Beliau juga menegaskan bahwa salah satu gejala dalam modernitas yaitu adalah suatu kehidupan yang cair yaitu sesuatu kehidupan yang ditandai oleh ketidakpastian yang permanen. Wajar sekali bila langsung dapat dipahami oleh sekilas pemikiran kita, bahwa memang dalam suatu kehidupan dan yang dikatakan "cair "sangat penuh akan ketidakpastian, perubahan an dan juga banyaknya konflik.

Pemikiran beliau di di salurkan menjadi sebuah karya buku yaitu adalah "liquid life", dalam karya tersebut diksi "liquid life" menjelaskan bahwa akan tumbuh dalam lingkup "liquid society". Yang mana perubahan dan segala bentuk hiruk-pikuk ketidakpastian dalam masyarakat cepat atau lambat pasti akan membentuk sebuah siklus antara kebiasaan yang membuat seseorang akan tanpa disadari terus-menerus berubah tanpa sadar.

Atas pemahaman saya, saya dapat menyimpulkan bahwa teori modernitas cair oleh Zygmunt Bauman sangatlah nyata dan memang ada. Dan seperti pada poin sebelumnya, dari "liquid life" akan menuju pada "liquid society", dan akan terus sampai "liquid politic", karena memang dalam masyarakat lagi lagi penuh akan ketidakpastian sudah sangat wajar bahwa masyarakat akan menjadi sumber dari apa yang disebut sebagai liquid politik. Dan modernitas hal ini diungkap oleh Beliau memang berdasarkan atas gejala kebudayaan, dengan seiringnya waktu akan terus terjaga terus menerus terjadi karena atas ketidaksadaran dan juga berbagai pengaruh ketidakpastian, konflik dan juga problem-problem lainnya.

Contoh dalam kehidupan yang saya alami, adanya problem ataupun konflik atas banyaknya ketidakpastian yang ada di hidup. Menjadikan hidup bergantung atau stuck dalam keadaan tersebut, ataupun juga berkembang yang tergantung pada masalah yang seperti apa yang sedang saya hadapi. Namun dengan adanya permasalahan yang lebih rendah dari sebelumnya, terkadang saya merasa terjadi penurunan karena masalah yang saya hadapi akan membuat atau membentuk mindset saya ya menjadi tidak beraturan yang menggambarkan cair seolah-olah tidak pasti. Lalu juga terhadap media sosial dimana pasti ada di waktu susah membedakan antara hidup di media sosial ataupun dengan lingkungan sosial. Sudah sangat nyata didepan mata, bahwa terkadang timpang antar kehidupan di media sosial maupun di lingkungan sosial karena tidak terkontrolnya dalam penggunaan media sosial yang sesuai. Dan lagi lagi pasti disebabkan atas ketidakpastian dalam kehidupan nyata karena terpengaruh oleh algoritma dalam kehidupan media sosial.

Referensi

Jurnal Sosiologi; Modernitas dan Tragedi: Kritik dalam Sosiologi Humanistis Zygmunt Bauman.

Dipublikasikan oleh: LabSosio, Pusat Kajian Sosiologi FISIP-UI  

Diterima: Januari 2016; Disetujui: Maret 2016

Kamis, 14 Oktober 2021

Teori Pilihan Rasional James S. Coleman

Rofif Zuhdi Mahmud Pradana
20107020014
Sosiologi
 
Profil Tokoh
 
James S. Coleman merupakan seorang sosiologi yang teoritis. Dia menerima gelar PhD dari Columbia University pada tahun 1955, dan lalu menjadi seorang profesor asisten di Universitas Chicago. Beliau melahirkan karya-karya yang luar biasa, diantaranya yaitu penerbitan buku "Foundation of Social Theory" yang mengkhususkan teori pilihan rasional. James S. Coleman lahir pada 12 Mei 1926 di Bedford, Indiana Amerika Serikat dan wafat pada 25 Maret 1995.
 
Teori Pilihan Rasional 
 
Saya berpendapat bahwa dalam teori pilihan rasional, semua tindakan "dianggap" bisa dijelaskan hanya saja berlandaskan atas suatu tindakan yang rasional. Karena dalam sosiologi memusatkan dimana adanya suatu sistem sosial, maka fenomena yang ada di dalam sistem sosial tersebut harus dijelaskan oleh faktor internalnya terutama ada faktor individu. Menurut beliau, Teori sosial tidak hanya merupakan latihan akademis karena juga akan berpengaruh pada kehidupan sosial. Maka dari itu sebab dari memusatkan atas faktor internalnya, karena untuk menciptakan suatu perubahan sosial yang disebabkan oleh intervensi si individu tersebut, guna melihat individu tersebut akan melakukan yang terbaik untuk memuaskan keinginannya yaitu dengan menggunakan rasionalitas pada dirinya. Menurut saya, bentuk dari intervensi tersebut bisa berupa fenomena makro maupun mikro, karena dalam kata dan bias dari "intervensi", bisa saja dilakukan oleh seseorang, kelompok, maupun suatu negara.

Kembali lagi karena teori pilihan rasional merupakan suatu teori yang berpusat pada aktor sebagai suatu kunci teori, maka jelas dari gagasan teori pilihan rasional Coleman mengarah bahwa seseorang yang akan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan tersebut merupakan tindakan yang ditentukan olehnya atas nilai atau pilihan, tentunya bersifat relatif tetap atau stabil. Masing-masing aktor atau individu akan melakukan suatu tindakan memiliki modal yang bisa berupa sumber daya yang memiliki potensi, sedangkan aktor merupakan seseorang yang melakukan sebuah tindakan. Dalam penguasaan sumber daya, akan selalu menjadikan adanya ketimpangan malam struktur hubungan dengan segala akibat yang ditimbulkan. Untuk itu sumber daya adalah di mana aktor memiliki kontrol dan juga memiliki kepentingan tertentu atas sumber daya yang bisa dikendalikan oleh aktor atau individu tersebut.

Dalam pandangan Beliau, syarat minimal terjadinya tindakan sosial adalah adanya suatu interaksi dua orang yang masing-masing memiliki kontrol sumber daya yang berbeda yang masing-masing aktor tersebut akan saling berinteraksi guna mempunyai tujuan untuk memaksimalkan terpenuhinya segala kepentingan mereka. Bila diambil garis tengah pemikiran, Teori ini memberikan pandangan bahwa manusia merupakan aktor yang memiliki sebuah tujuan dengan rencana rencananya dan dengan tujuan tersebut dan rencana-rencananya, maka aktor atau individu tersebut akan memilih tindakan yang sesuai dengan pilihan mereka dan akan konsisten untuk mencapai hal yang apa mereka inginkan. Meskipun apa yang terjadi pada kehidupan nyata individu tidak selalu bertindak atas landasan berperilaku rasional, namun ujungnya akan sama saja yaitu apakah faktor tersebut dapat bertindak dengan tepat menurut pandangan yang ia bayangkan atau malah menyimpang dari yang ia amati.

Implementasi teori ini, kenyatannya seseorang yang memiliki tujuan namun akan selalu terkendala oleh dua hal yaitu keterbatasan sumber daya dan tindakan faktor individu tersebut. Seperti contoh seorang anak yang lahir dari keluarga petani memiliki impian untuk menjadi seorang mahasiswa. Guna untuk memperbaiki sisi ekonomi dari keluarganya dan untuk mendapatkan peluang lebih mudah dalam mencari pekerjaan. Sumber daya yang akan ia manfaatkan sangat dipertaruhkan, mungkin saja orang tuanya akan menjual sebagian atau bahkan semua tanahnya untuk memenuhi impian dari anaknya tersebut. Bertolak belakang dengan seorang anak yang lahir dari keluarga konglomerat, di samping sumber daya sudah tidak ditanyakan kembali dan juga bila mempunyai sumber daya yang besar maka pencapaian tujuan pastinya akan cenderung lebih mudah karena kembali lagi, sumber daya akan sangat ada korelasinya dengan biaya atas tindakan yang dipilih aktor tersebut. Maka dari Teori tindakan rasional James Samuel Coleman ini, hal yang akan dilakukan seorang anak yang lahir dari keluarga petani yaitu akan menjual tanahnya untuk mencapai tujuan yang akan merubah kondisi sosial dalam keluarganya (perubahan sosial).
Referensi
"Teori Pilihan Rasional James S. Coleman" Jurnal UIN Sunan Ampel Surabaya.
"Kajian Pustaka dan Landasan Teori Pilihan Rasional" Jurnal Universitas Muhammadiyah Malang.

Rabu, 13 Oktober 2021

Gagasan Teori "Konflik": RALF DAHRENDORF

 Profil Tokoh

Ralf Dahrendorf adalah seorang sosiolog Jerman yang lahir pada 1 Mei 1929 dan meninggal pada 17 Juni 2009. Bak menelan ludah sendiri, Dahrendorf merupakan seorang sarjana Eropa yang memahami dengan dalam teori Marxian, yang teori konfliknya terlihat menyerupai cerminan fungsionalisme struktural padahal Dahrendorfmsendiri merupakan pengkritik fungsionalisme struktural. Beliau merupakan pengkritik fungsionalisme struktural sebab menurutnya telah gagal memahami apa itu masalah perubahan. Dan landasan teorinya dengan separuh penolakan dan penerimaan serta modifikasi dari teori sosial Karl Marx.

Teori Konflik Ralf Dahrendorf

Ia telah melahirkan kritik penting terhadap pendengaran yang pernah dominan dalam sosiologi, yaitu kegagalan di dalam menganalisa masalah konflik sosial karena pada permulaan Ia melihat teori konflik sebagai teori yang parsial Dan menganggap teori tersebut merupakan suatu perspektif yang dapat digunakan untuk menganalisa suatu fenomena sosial.

Karya utama Dahrendorf adalah "Class and Class Conflict in Industrial Society (1959) yang merupakan suatu endapan yang paling berpengaruh dalam teori konflik, tetapi pada ada sebagian besar merupakan bagian dari logika struktural-fungsional, karena antara konflik dan struktural fungsional logikanya memang kesetaraan analisisnya sama dan memiliki bagian-bagian paradigma yang sama. Inti pemikiran dari karyanya yaitu adalah teori konflik Ralf Dahrendorf adalah separuh penerimaan, separuh penolakan, dan memodifikasi teori sosiologi Karl Marx. Dan ia tidak setuju pemilik sarana prasarana juga bekerja sebagai pengontrol pada zaman tahun 19-an. Yaitu dengan memberikan suatu penolakan yang ditunjukkan dengan memamerkan suatu perubahan yang terjadi di masyarakat industri semenjak zaman ke-19. Antara lain yaitu adalah dekomposisi modal dan tenaga kerja. Menurut ia, menjurus kepada pemekaran jumlah kelas menengah yang sebelumnya tidak pernah diduga oleh Mark lalu dengan paham atau wujud penolakan dekomposisi modal maka tak seorangpun boleh mempunyai suatu kontrol penuh atas dekomposisi modal dan juga ada dekomposisi tenaga kerja.
Persamaan Dahrendorf pada teori konflik Karl Marx, yaitu ide mengenai pertentangan kelas sebagai wujud konflik dan sebagai awal perubahan sosial lalu di modifikasi dan dikembangkan.
Karena objek dalam teori konflik ini adalah hubungan antara 2 kelas yaitu buruh dan juga pemodal, tetapi Dahrendorf menyatakan bahwa model tersebut tidak dapat diterapkan pada masyarakat secara keseluruhan tetapi pada bagian-bagian tertentu saja yang ada dalam suatu masyarakat. Dahrendorf menganalisa teori konflik atas kelas-kelas sosial tersebut bermakna bahwa ada suatu kekuasaan di sebuah institusi yang saling tumpang tindih. Semisal suatu gereja yang tidak perlu mengambil bagian dalam mengatur kekuasaan institusi lain yaitu misalnya suatu negara.


Implementasi Teori Konflik Terhadap Masyarakat

Implementasi dari teori konflik ralf dahrendorf yaitu banyak sekali karena konflik yang terjadi di Indonesia bukan lagi seperti yang di dalam teori Karl Marx yaitu antara pemodal dan buruh, melainkan adanya suatu paham yang bersifat Taliban atau timur tengah-an yang merusak sistem pada pemerintah terlebih dengan membawa isu-isu agama yang akan membuat semakin keruh suatu permasalahan dan karena politik dan agama bila disatukan maka akan banyak timbul perpecahan dan juga kesalahpahaman yang kompleks. Mungkin seperti persepsi obrolan santai mahasiswa yaitu dengan diksi Banteng Merah ataupun Buzzer. Dimana disitu ada suatu kalangan yang menduduki maka kepentingan-kepentingan lain bahkan disusupi pun rasanya sangat mudah untuk mengobrak-abrik tatanan yang ada di dalam sistem pemerintahan. Karena banyaknya kepentingan yang masuk dalam politik entah itu dari sisi Taliban yang membawa isu-isu agama ke dalam politik ataupun Buzzer dan kawan-kawanya. Dari konflik tersebut lah kemudian masyarakat harus menyadari lagi dimana suatu politik yang dijanjikan berkesan menjanjikan tidak selamanya akan mulus karena banyaknya suatu rintangan dan juga kepentingan-kepentingan dibalik janji manis yang diucapkan.

 Referensi
"Teori konflik Ralf Dahrendorf" Jurnal UIN Malang.

Kamis, 07 Oktober 2021

TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER

 TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER

Profil Tokoh

Lahir di Berlin, 27 November 1913 di Berlin - 8 Juli 2003 di Cambridge, Massachusetts. Dia adalah mahasiswa pascasarjana  sosiologi di Universitas Columbia dengan gelar PhD. Dia kemudian mengajar di University of Chicago dan University of California dan kemudian mendirikan Departemen Sosiologi di Brandeis University.

Teori Konflik Sosial Lewis Coser  dan Implementasinya

Ketika membahas  situasi konflik yang berbeda, Coser membedakan realistis dari tidak realistis. Konflik  realistis muncul dari kekecewaan dengan tuntutan spesifik yang muncul dalam hubungan dan perkiraan manfaat yang mungkin diperoleh dari peserta dan objek yang ditugaskan yang anggap mengecewakan. Sedangkan konflik yang tidak realistis, yaitu konflik yang muncul bukan dari tujuan lawan yang bermusuhan, melainkan dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, setidaknya salah satu pihak.

Teori konflik menurut perspektif sosial merupakan rangkaian sistem sosial yang merujuk pada sifat fungsional yang terjadi dalam masyarakat, tidak semata-mata menunjukkan fungsi negatif tetapi dalam konflik menurut pandangan an-nasr dapat juga menimbulkan dampak yang positif dalam suatu sistem fungsional dalam tatanan masyarakat. Menurutnya nya konflik dapat berlangsung antar individu, kumpulan, atau individu dengan kumpulan tersebut titik pada konflik yang bersifat negatif kompetisi akan berlangsung dan pada akhir atas konflik itu terjadi tidak memberikan suatu hasil yang sesuai dengan harapan. Lain hal bila konflik yang berlangsung menyebabkan hasil akhir dari kompetisi tersebut sesuai dengan sesuatu yang diharapkan atas kumpulan atau au pelaku di dalam sistem tersebut.

Fungsi konflik positif merupakan suatu step atau cara untuk mempertahankan, mempersatukan, dan mempertegas sistem sosial yang ada dalam hubungan di dalam kelompok tersebut atau dengan kelompok yang lain.

Dalam pandangannya, konflik merupakan suatu bagian perselisihan mengenai suatu nilai-nilai atau tuntutan yang berkenaan dengan status, kekuasaan, dan sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi. Atas aspek nilai-nilai atau tuntutan tersebut maka kembali lagi, konflik dapat berlangsung dari berbagai macam polanya, karena kedua macam konflik antar kelompok maupun intra kelompok akan selalu berjalan bersama. Tidak menutup kemungkinan juga adanya suatu konflik dapat juga memberikan pengaruh negatif karena sudah sangat kompleksnya suatu permasalahan atau kau sudah sangat riskan dalam aspek membahayakan akan persatuan. Maka bagi Coser, ada suatu penyelesaian yang yang dinamai sebagai katup pengaman (safety valve).

Pengaman tersebut merupakan salah satu tanggul awalan dalam membendung banyaknya suatu pemikiran-pemikiran dan juga kepentingan sosial yang tidak seluruhnya dapat bisa dipenuhi dengan tepat dan cepat. Maka bila dalam konstitusi Indonesia, adanya DPR, DPRD, dan lembaga legislatif akan menjadi suatu benteng awal dalam membendung keluh kesah atau kepentingan sosial tersebut. Karena kembali lagi tidak bisa ditampung semua, maka dengan adanya lembaga legislatif atau institusi tersebut dapat memberikan 1 pelaksanaan atau peninjauan dalam menanggapi atau merespon masyarakat dan memberikan kan apa yang yang menjadi haknya masyarakat. Maka dari itu konflik yang besar tidak akan atau tidak perlu terjadi karena sudah ada wadah dan sarana untuk menyampaikan aspirasi yaitu melalui institusi atau lembaga legislatif yang sudah tersedia.

Safety valve tidak serta-merta berupa suatu institusi namun juga bisa dilakukan oleh tiap kelompok ataupun dalam lingkungan masyarakat yaitu berupa tindakan-tindakan atau kebiasaan yang bisa mengurangi ketegangan, dan juga seseorang yang bisa menjadi penengah seperti halnya kasus dalam permasalahan antar keluarga atau antar masyarakat yang di dalam sistem tersebut diselesaikan oleh  yang ada di dalam keluarga tersebut atau ketua RT.

Fungsi-fungsi yang dikemukakan atau menurut pandangan Lewis A.Coser yaitu untuk menguatkan solidaritas internal dan integrasi si dalam tipe in-group yang akan bertambah besar apabila tingkat konflik dengan kelompok luar bertambah besar titik selalu juga akan menambahkan suatu integritas dalam kelompok tersebut guna memperkuat batas antar kelompoknya dan kelompok yang dihadapi dalam suatu lingkup lingkungan tersebut. Bentuk-bentuk konflik sosial menurut Lewis A. Coser yaitu antara lain konflik realistis.

Menurut Lewis A. Coser, setiap orang akan memiliki beberapa bentuk protes atau argumen karena orang tersebut menginginkan sesuatu dan biasanya konflik ini dinyatakan dalam kenyataan bahwa ada ketidakpuasan dengan menujukkan sesuatu  dalam bentuk nyata. Seperti halnya ketika pemerintah menangani koprupsi tidak tertangani, mahasiswa melakukan protes dalam bentuk demonstrasi. Konflik non-realistis hampir sama dengan konflik realistis, namun yang membedakan adalah masalah implementasinya. Biasanya, ketika seseorang mengalami konflik ini, mereka akan menggunakan solusi yang berada di luar pengetahuan manusia. Seperti seseorang yang sudah pupus harapan karena selama Ia hidup selalu miskin dan tak pernah berhasil, lalu beralih pergi ke Gunung Kemukus untuk menjalani pesugihan.

Referensi

Jurnal UIN Sunan Ampel Surabaya

Kamis, 30 September 2021

Teori Dramaturgi Erving Goffman


Profil Tokoh

Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November) merupakan seorang Sosiolog dan juga sebagai tokoh yang mendalami teori-teori sosiologi. Beliau menuaikan dan memperkenalkan konsep dramaturgi dalam bukunya yang berjudul "The Presentational of Self in Everyday Life". Mendapatkan gelar S1 dari Universitas Toronto dan menerima gelar doctor dari Universitas Chicago. Beliau tiada, pada saat masa-masa kejayaannya sebagai tokoh sosiologi, profesor di jurusan sosiologi Universitas California Barkeley dan ketua liga Ivi Universitas Pennsylvania.

‌Teori Dramaturgi Erving Goffman

Sejauh yang saya baca dalam teori dramaturgi Goffman, manusia merupakan suatu pemain yang terus menggabungkan ciri personal dan tujuan kepada orang lain, layaknya saya melihat suatu manusia sebagai suatu individu dalam lingkup masyarakat. Contoh konsep dramaturgi Goffman ini bersifat seperti suatu drama yang ada di panggung, karena dari kehidupan atau alur dari cerita drama sudah mengimplementasi kehidupan yang memiliki dua sisi atau kehidupan yang berbeda, yaitu ketika di khalayak umum atau sebagai "Self in Everyday".

Gambaran dari kehidupan sosial teater ini juga mengimplementasikan ada aktor dan juga penonton. Dalam job description-nya, tugas aktor hanyalah mempersiapkan diri dengan berbagai planing dan juga segala macam atribut untuk mendukung dan yang akan menjadikan peran aktor tersebut menjadi sempurna ketika akan memainkan drama sesuai keinginan faktor tersebut dan menyenangkan bagi para penonton. Sebenarnya bila mempelajari konsep dramaturgi goffman ini, saya rasa sudah menjadi santapan garing aksa penghuni nabastala, yang tawa tipis miris melihat kenyataan suatu realitas kehidupan sosial yang ada.

Sebab tanpa disadari, sosok manusia berperan sebagai algojo dalam sebuah pembuatan simbol berkepanjangan di dalam bentuk siklus simbol yang lain. Yaitu itu suatu problem dalam interaksi manusia yang penuh dengan perubahan, kebaruan, dan kebingungan. Fokus pendekatan dramaturgi yaitu bukan dari segi apa yang orang ingin lakukan atau mempertanyakan apa dan mengapa, melainkan bagaimana mereka melakukannya, dengan dasar berintikan pandangan dari teori dramaturgi ini ini bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya maka akan memiliki suatu keinginan bagaimana mengolah first impression yang diharapkan akan tumbuh pada orang lain terhadap dirinya. 

Dan itu kesimpulan yang saya ambil, melainkan keterangan teori dramaturgi yang saya baca, dicetuskan oleh beliau sebagai suatu suatu pendalaman konsep interaksi sosial yang lahir sebagai wadah atas pemikiran individual yang baru dari kejadian sosial dalam masyarakat kontemporer dan juga merupakan suatu dampak atas suatu fenomena meningkatnya konflik sosial dan rasial.

Menurut goffman kehidupan sosial dibagi menjadi wilayah depan atau disebut sebagai front region yang merujuk pada suatu peristiwa sosial bahwa individu akan menampilkan perannya atau sebagai alurnya aktor yang menunjukkan action-nya atau suatu peristiwa sosial yang membuat aktor atau individu tersebut bergaya dalam menampilkan perannya. Kedua yaitu adalah wilayah belakang atau biasa disebut sebagai "back region", yaitu yang menunjukkan tempat atau peristiwa sebagai wilayah untuk mempersiapkan perannya di wilayah depan ataupun memerankan dirinya sendiri yang asli. Dalam kehidupan drama tersebut pasti individu akan mempertunjukkan suatu sajian penampilan atau yang disebut sebagai show bagi orang lain, tapi akan terkesan si pelaku bisa berbeda-beda. Adapun front stage dan back stage, secara teratur berfungsi didalam mode yang umum dan tetap mendefinisikan situasi siapa yang menyaksikan penampilan tersebut baik di dalamnya berubah sebagai personal front atau menjadi impression dan juga bergaya.

‌Implementasi Teori Dramaturgi Terhadap Kehidupan Bermasyarakat

Pemikiran saya dalam teori dramaturgi ini antara setuju dan tidak setuju terhadap implementasi dari teori ini. Karena dalam beragama pun, kehidupan seseorang dalam keagamaan dari sisi beribadah sudah menjadi urusan "dapur" masing-masing. Akan tetapi, dalam perangai seseorang akan dilihat dari first impressionnya. Baik berupa akhlak ataupun aspek-aspek lainnya. Dari sisi saya menyangkal implementasi dari teori ini yaitu menampilkan suatu tipuan yang seringkali terlihat dan terjadi di dalam dunia maya.

Dari segi kehidupan yang diekspos maupun dari bentuk edit wajah dan lain-lain yang terkesan memang tidak mensyukuri apa yang ada namun untuk membuat seakan-akan semuanya akan baik-baik saja seterusnya dan akan menampilkan dengan karena ada apa-apanya. Dari situ 2 implementasi yang terjadi di kehidupan bermasyarakat, baiknya dikembalikan pada masing-masing bagaimana menerapkan atau menjadikan kehidupan nyata dan maya seimbang dari manipulasi dramatis dan yang realistis. Bukan mencakup semuanya berupa dramatis atau tipu-tipu, yang malah diri kita sendiri apatis terhadap kesehatan mental diri kita dan menambah penyakit hati melihat orang lain yang terus maju.

Referensi

PARADIGMA TEORI DRAMATURGI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2, Juli 2012.

Randall Collins; Teori Konflik Makro pada Level Mikro

Randall Collins dengan Teori Konflik Makro pada Level Mikro Rofif Zuhdi Mahmud Pradana 20107020014 Randall Collins adalah seorang anak pejab...