Rofif Zuhdi Mahmud Pradana
20207020014
Harold Garfinkel merupakan seorang tokoh sosiologi, lahir di Newark New Jersey (29 Oktober 1917-21 April 2011) yang merupakan seorang pengajar di Universitas Columbia. Beliau sangatlah teoritis dan teori etnometodologi yang beliau kenalkan melalui buku "Studies in Etnometodology" memunculkan banyak kritikan atas kontroversialnya beliau dari berbagai kalangan akademisi sosial.
Harold Garfinkel dalam teori etnometodologi memperkenalkan sebagai metode dan juga kajian yang memusatkan perhatian ada perilaku sehari-hari yang merujuk pada pandangan individu tanpa melalui berpikir yang terfokuskan kesadaran dan juga pemahaman akan struktur. Dari apa yang dipikirkan sangat bisa disimpulkan bahwa etnometodologi tersebut merupakan suatu hal yang sangat radikal dalam ilmu sosial dan juga unik karena sangat keras cara mengkritik pola-pola dan cara pandang teori para sosiolog sebelumnya.
Subjek dari teori ini itu bukanlah dari seseorang melainkan dari jenis relatif kehidupan sehari-hari yang muncul dalam pengkajian tentunya sesuai dengan masing-masing disiplin ilmu.
Bila atas sepemahaman saya, teori ini bermaksud untuk memisahkan dari teori yang benar-benar teori atau hanyalah sebuah suatu hal yang bersifat untuk memperbaiki dalam konteks cuap-cuap saja. Tentu dari paham yang saya simpulkan kan terlalu keras bila diterapkan. Namun Garfinkel sendiri menyimpulkan bahwa tindakan-tindakan sosial atau kelakuan sehari-hari seseorang bila dilakukan atas dasar rasionalitas, ilmiah dan sangatlah apik dalam tatanannya, lalu mengapa muncul banyaknya disorganisasi dan juga anomi dalam kehidupan sehari-hari bila hal tersebut merupakan dilandaskan atas suatu hal yang dipikirkan yang sangat rasional. Dari nalar atas teori tersebut, tanpa berpikir secara sistematis pun sudah mudah untuk diterima penalarannya, karena sangat memungkinkan bila seseorang yang yang melakukan semua aktivitas hariannya dengan rasionalitas yang sistematis dan juga ilmiah merupakan seorang yang perfeksionis dan hal tersebut jarang sekali orang yang perfeksionis tersebut bisa menghindari adanya disorganisasi dalam setiap kegiatan hidupnya.
Karena sejatinya teori etnometodologi bukan hanya termasuk teori sosial namun bisa dimasukkan dan di kocok logika dalam teori-teori umum lainnya karena bila dilihat atas banyaknya dasar yang saya pahami dari etnometodologi ini merupakan suatu pandangan yang bersifat adaptif dan fleksibel dalam perkembangan maupun teori-teori lainnya.
Bila dilihat dari apa yang terjadi sekarang pada masa saat ini, teori etnometodologi sangat relevan terhadap masing-masing orang dalam mengambil keputusan ataupun melakukan tindakan dalam kehidupannya yang tidak mungkin semua hal akan dipikirkan secara rasional dan ilmiah. Bahkan pernah mendengar bahwa otak manusia digunakan hanya beberapa persen, bukankah hal tersebut jika benar sangat berkaitan erat?. Bila dilihat dari perspektif agama pun diajarkan bahwa penyebab utama dari rusaknya seseorang merupakan dari hatinya, dan intensitas penggunaan akal secara rasional sangatlah minim. Jikalau terjadi suatu masalah adapun adanya suatu ideologi baru, sangat memungkinkan bahwa seseorang bila hanya dilandaskan atas pikirannya sendiri tanpa adanya penggunaan hati hanya akan beribarat kan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Namun bila suatu hal apapun itu tanpa dipikirkan dan langsung tertuju pada hati seseorang tanpa ada keseimbangan dari akal yang rasio tentu akan tidak tertata. Hal tersebut selaras dengan apa yang di maksudkan dari teori etnometodologi, karena suatu tindakan-tindakan sosial bila semua dilandaskan atas rasionalitas dan ilmiah maka tidak akan ada sesuatu hal yang mengganjal dalam kehidupan. Namun dengan adanya seseorang yang melakukan suatu tindakan tanpa berpikir secara rasionalitas dan ilmiah akan memberikan keseimbangan dalam hidup dengan munculnya disorganisasi dan juga anomi dan juga problem-problem lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar