TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER
Profil Tokoh
Lahir di Berlin, 27 November 1913 di Berlin - 8 Juli 2003 di Cambridge, Massachusetts. Dia adalah mahasiswa pascasarjana sosiologi di Universitas Columbia dengan gelar PhD. Dia kemudian mengajar di University of Chicago dan University of California dan kemudian mendirikan Departemen Sosiologi di Brandeis University.Teori Konflik Sosial Lewis Coser dan Implementasinya
Ketika membahas situasi konflik yang berbeda, Coser membedakan realistis dari tidak realistis. Konflik realistis muncul dari kekecewaan dengan tuntutan spesifik yang muncul dalam hubungan dan perkiraan manfaat yang mungkin diperoleh dari peserta dan objek yang ditugaskan yang anggap mengecewakan. Sedangkan konflik yang tidak realistis, yaitu konflik yang muncul bukan dari tujuan lawan yang bermusuhan, melainkan dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, setidaknya salah satu pihak.
Teori konflik menurut perspektif sosial merupakan rangkaian sistem sosial yang merujuk pada sifat fungsional yang terjadi dalam masyarakat, tidak semata-mata menunjukkan fungsi negatif tetapi dalam konflik menurut pandangan an-nasr dapat juga menimbulkan dampak yang positif dalam suatu sistem fungsional dalam tatanan masyarakat. Menurutnya nya konflik dapat berlangsung antar individu, kumpulan, atau individu dengan kumpulan tersebut titik pada konflik yang bersifat negatif kompetisi akan berlangsung dan pada akhir atas konflik itu terjadi tidak memberikan suatu hasil yang sesuai dengan harapan. Lain hal bila konflik yang berlangsung menyebabkan hasil akhir dari kompetisi tersebut sesuai dengan sesuatu yang diharapkan atas kumpulan atau au pelaku di dalam sistem tersebut.
Fungsi konflik positif merupakan suatu step atau cara untuk mempertahankan, mempersatukan, dan mempertegas sistem sosial yang ada dalam hubungan di dalam kelompok tersebut atau dengan kelompok yang lain.
Dalam pandangannya, konflik merupakan suatu bagian perselisihan mengenai suatu nilai-nilai atau tuntutan yang berkenaan dengan status, kekuasaan, dan sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi. Atas aspek nilai-nilai atau tuntutan tersebut maka kembali lagi, konflik dapat berlangsung dari berbagai macam polanya, karena kedua macam konflik antar kelompok maupun intra kelompok akan selalu berjalan bersama. Tidak menutup kemungkinan juga adanya suatu konflik dapat juga memberikan pengaruh negatif karena sudah sangat kompleksnya suatu permasalahan atau kau sudah sangat riskan dalam aspek membahayakan akan persatuan. Maka bagi Coser, ada suatu penyelesaian yang yang dinamai sebagai katup pengaman (safety valve).
Pengaman tersebut merupakan salah satu tanggul awalan dalam membendung banyaknya suatu pemikiran-pemikiran dan juga kepentingan sosial yang tidak seluruhnya dapat bisa dipenuhi dengan tepat dan cepat. Maka bila dalam konstitusi Indonesia, adanya DPR, DPRD, dan lembaga legislatif akan menjadi suatu benteng awal dalam membendung keluh kesah atau kepentingan sosial tersebut. Karena kembali lagi tidak bisa ditampung semua, maka dengan adanya lembaga legislatif atau institusi tersebut dapat memberikan 1 pelaksanaan atau peninjauan dalam menanggapi atau merespon masyarakat dan memberikan kan apa yang yang menjadi haknya masyarakat. Maka dari itu konflik yang besar tidak akan atau tidak perlu terjadi karena sudah ada wadah dan sarana untuk menyampaikan aspirasi yaitu melalui institusi atau lembaga legislatif yang sudah tersedia.
Safety valve tidak serta-merta berupa suatu institusi namun juga bisa dilakukan oleh tiap kelompok ataupun dalam lingkungan masyarakat yaitu berupa tindakan-tindakan atau kebiasaan yang bisa mengurangi ketegangan, dan juga seseorang yang bisa menjadi penengah seperti halnya kasus dalam permasalahan antar keluarga atau antar masyarakat yang di dalam sistem tersebut diselesaikan oleh yang ada di dalam keluarga tersebut atau ketua RT.
Fungsi-fungsi yang dikemukakan atau menurut pandangan Lewis A.Coser yaitu untuk menguatkan solidaritas internal dan integrasi si dalam tipe in-group yang akan bertambah besar apabila tingkat konflik dengan kelompok luar bertambah besar titik selalu juga akan menambahkan suatu integritas dalam kelompok tersebut guna memperkuat batas antar kelompoknya dan kelompok yang dihadapi dalam suatu lingkup lingkungan tersebut. Bentuk-bentuk konflik sosial menurut Lewis A. Coser yaitu antara lain konflik realistis.
Menurut Lewis A. Coser, setiap orang akan memiliki beberapa bentuk protes atau argumen karena orang tersebut menginginkan sesuatu dan biasanya konflik ini dinyatakan dalam kenyataan bahwa ada ketidakpuasan dengan menujukkan sesuatu dalam bentuk nyata. Seperti halnya ketika pemerintah menangani koprupsi tidak tertangani, mahasiswa melakukan protes dalam bentuk demonstrasi. Konflik non-realistis hampir sama dengan konflik realistis, namun yang membedakan adalah masalah implementasinya. Biasanya, ketika seseorang mengalami konflik ini, mereka akan menggunakan solusi yang berada di luar pengetahuan manusia. Seperti seseorang yang sudah pupus harapan karena selama Ia hidup selalu miskin dan tak pernah berhasil, lalu beralih pergi ke Gunung Kemukus untuk menjalani pesugihan.
Referensi
Jurnal UIN Sunan Ampel Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar