Profil Tokoh
Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November) merupakan seorang Sosiolog dan juga sebagai tokoh yang mendalami teori-teori sosiologi. Beliau menuaikan dan memperkenalkan konsep dramaturgi dalam bukunya yang berjudul "The Presentational of Self in Everyday Life". Mendapatkan gelar S1 dari Universitas Toronto dan menerima gelar doctor dari Universitas Chicago. Beliau tiada, pada saat masa-masa kejayaannya sebagai tokoh sosiologi, profesor di jurusan sosiologi Universitas California Barkeley dan ketua liga Ivi Universitas Pennsylvania.
Teori Dramaturgi Erving Goffman
Sejauh yang saya baca dalam teori dramaturgi Goffman, manusia merupakan suatu pemain yang terus menggabungkan ciri personal dan tujuan kepada orang lain, layaknya saya melihat suatu manusia sebagai suatu individu dalam lingkup masyarakat. Contoh konsep dramaturgi Goffman ini bersifat seperti suatu drama yang ada di panggung, karena dari kehidupan atau alur dari cerita drama sudah mengimplementasi kehidupan yang memiliki dua sisi atau kehidupan yang berbeda, yaitu ketika di khalayak umum atau sebagai "Self in Everyday".
Gambaran dari kehidupan sosial teater ini juga mengimplementasikan ada aktor dan juga penonton. Dalam job description-nya, tugas aktor hanyalah mempersiapkan diri dengan berbagai planing dan juga segala macam atribut untuk mendukung dan yang akan menjadikan peran aktor tersebut menjadi sempurna ketika akan memainkan drama sesuai keinginan faktor tersebut dan menyenangkan bagi para penonton. Sebenarnya bila mempelajari konsep dramaturgi goffman ini, saya rasa sudah menjadi santapan garing aksa penghuni nabastala, yang tawa tipis miris melihat kenyataan suatu realitas kehidupan sosial yang ada.
Sebab tanpa disadari, sosok manusia berperan sebagai algojo dalam sebuah pembuatan simbol berkepanjangan di dalam bentuk siklus simbol yang lain. Yaitu itu suatu problem dalam interaksi manusia yang penuh dengan perubahan, kebaruan, dan kebingungan. Fokus pendekatan dramaturgi yaitu bukan dari segi apa yang orang ingin lakukan atau mempertanyakan apa dan mengapa, melainkan bagaimana mereka melakukannya, dengan dasar berintikan pandangan dari teori dramaturgi ini ini bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya maka akan memiliki suatu keinginan bagaimana mengolah first impression yang diharapkan akan tumbuh pada orang lain terhadap dirinya.
Dan itu kesimpulan yang saya ambil, melainkan keterangan teori dramaturgi yang saya baca, dicetuskan oleh beliau sebagai suatu suatu pendalaman konsep interaksi sosial yang lahir sebagai wadah atas pemikiran individual yang baru dari kejadian sosial dalam masyarakat kontemporer dan juga merupakan suatu dampak atas suatu fenomena meningkatnya konflik sosial dan rasial.
Menurut goffman kehidupan sosial dibagi menjadi wilayah depan atau disebut sebagai front region yang merujuk pada suatu peristiwa sosial bahwa individu akan menampilkan perannya atau sebagai alurnya aktor yang menunjukkan action-nya atau suatu peristiwa sosial yang membuat aktor atau individu tersebut bergaya dalam menampilkan perannya. Kedua yaitu adalah wilayah belakang atau biasa disebut sebagai "back region", yaitu yang menunjukkan tempat atau peristiwa sebagai wilayah untuk mempersiapkan perannya di wilayah depan ataupun memerankan dirinya sendiri yang asli. Dalam kehidupan drama tersebut pasti individu akan mempertunjukkan suatu sajian penampilan atau yang disebut sebagai show bagi orang lain, tapi akan terkesan si pelaku bisa berbeda-beda. Adapun front stage dan back stage, secara teratur berfungsi didalam mode yang umum dan tetap mendefinisikan situasi siapa yang menyaksikan penampilan tersebut baik di dalamnya berubah sebagai personal front atau menjadi impression dan juga bergaya.
Implementasi Teori Dramaturgi Terhadap Kehidupan Bermasyarakat
Pemikiran saya dalam teori dramaturgi ini antara setuju dan tidak setuju terhadap implementasi dari teori ini. Karena dalam beragama pun, kehidupan seseorang dalam keagamaan dari sisi beribadah sudah menjadi urusan "dapur" masing-masing. Akan tetapi, dalam perangai seseorang akan dilihat dari first impressionnya. Baik berupa akhlak ataupun aspek-aspek lainnya. Dari sisi saya menyangkal implementasi dari teori ini yaitu menampilkan suatu tipuan yang seringkali terlihat dan terjadi di dalam dunia maya.
Dari segi kehidupan yang diekspos maupun dari bentuk edit wajah dan lain-lain yang terkesan memang tidak mensyukuri apa yang ada namun untuk membuat seakan-akan semuanya akan baik-baik saja seterusnya dan akan menampilkan dengan karena ada apa-apanya. Dari situ 2 implementasi yang terjadi di kehidupan bermasyarakat, baiknya dikembalikan pada masing-masing bagaimana menerapkan atau menjadikan kehidupan nyata dan maya seimbang dari manipulasi dramatis dan yang realistis. Bukan mencakup semuanya berupa dramatis atau tipu-tipu, yang malah diri kita sendiri apatis terhadap kesehatan mental diri kita dan menambah penyakit hati melihat orang lain yang terus maju.
Referensi
PARADIGMA TEORI DRAMATURGI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2, Juli 2012.